Wanita Haid Memegang AlQuran

caracari.info Agustus 10, 2017
caracari.info
Kamis, 10 Agustus 2017
Proses menetapkan hukum berdasar AlQuran dan Sunnah melewati berbagai diskusi dan mendengarkan banyak argumentasi
Dalam membaca kitab suci al qur'an ataupun memegangnya apakah wanita harus dalam keadaan suci (tidak sedang haid-menstruasi?) dan mestikah harus berkeadaan belum batal dari wudhu kita?

Berikut pembahasannya:
MEMEGANG ALQURAN TANPA KEADAAN SUCI

وَاتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى ُأَنَّ غَيْرَ الْمُتَوَضِّئِ يَجُوْزُ لَهُ تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ أَوِ النَّظَرُ إِلَيْهِ دُوْنَ لَمْسِهِ، كَمَا أَجَازُوْا لِلصَّبِيِّ لَمْسَ الْقُرْآنِ لِلتَّعَلُّمِ؛ لِأَنَّهُ غَيْرُ مُكَلَّفٍ، وَالْأَفْضَلُ اَلتَّوَضُّؤُ.
وَقَدْ حَرَّمَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ مَسَّ الْقُرْآنِ بِالْحَدَثِ الْأَصْغَرِ وَلَوْ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ، وَأَجَازَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ مَسَّهُ بِحَائِلٍ أَوْ عُوْدٍ طَاِهِرَيْنِ.
"Para Ulama Ahli Fiqh (Hanafiyah, Syafi’iyyah, malikiyyah dan hanabilah) sepakat membolehkan membaca alQuran atau sekedar melihatnya meskipun tanpa wudhu tapi tidak menyentuhnya, mereka juga sepakat bagi anak-anak kecil juga dibolehkan memegang al Quran untuk belajar karena mereka masih belum mukallaf namun yang utama tetap memakai wudhu.
Kalangan Malikiyyah dan Syafi’iyyah mengharamkan memegang al Quran saat seseorang menanggung hadats kecil meskipun memakai sarana ha`il (penghalang) atau kayu (tidak menyentuhnya secara langsung) namun kalangan Hanafiyyah dan Hanabilah membolehkannya asalkan penghalang dan kayunya suci dari najis." (Fiqhul Islamy, 1/395)

Sumber Kitab:
Al Fiqhul Islaamy wa Adillatuhuu 1/395

DALIL DARI AL QURAN
إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيْمٌ (77) فِيْ كِتَابٍ مَكْنُوْنٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ (79) تَنْزِيْلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (80
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara, tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan, diturunkan dari Rabbil ‘alamiin” (QS Al Waqiah 77-80).

Dalam Tafsir Jalalain diterangkan:
"لَا يَمَسُّهُ" خَبَرٌ بِمَعْنَى النَّهْي "إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ" الَّذِيْنَ طَهَّرُوْا أَنْفُسَهمْ مِنْ الْأَحْدَاثِ
“LAA YAMASSUHUU
khabar dengan makna larangan
“ ILLAL MUTHAHHARUUN”
orang-orang yang mensucikan dirinya dari hadats

Sumber kitab:
Tafsir Jalalain (bersama Hasyiyah Showi juz IV halaman 166, cetakan Daar Ihyaa al Kutub al ‘Arabiyyah) / halaman 717, maktabah syamilah

Dalam Tafsir Ibn Katsier:
وَقَالَ آخَرُوْنَ " لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ" أَيْ مِنْ الْجَنَابَةِ وَالْحَدَثِ قَالُوْا وَلَفْظُ الْآيَةِ خَبَرٌ وَمَعْنَاهَا الطَّلَبُ قَالُوْا وَالْمُرَادُ بِالْقُرْآنِ هَهُنَا الْمُصْحَفُ كَمَا رَوَى مُسْلِمٌ عَنْ اِبْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُسَافَر بِالْقُرْآنِ إِلَى أَرْضِ الْعَدُوِّ مَخَافَةَ أَنْ يَنَالَهُ الْعَدُوُّ . وَاحْتَجُّوْا فِي ذَلِكَ بِمَا رَوَاهُ الْإِمَامُ مَالِكٌ فِي مُوَطَّئِهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْن أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنَّ فِي الْكِتَابِ الَّذِيْ كَتَبَهُ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ " أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ " وَرَوَى أَبُوْ دَاوُد فِيْ الْمَرَاسِيْلِ مِنْ حَدِيْثِ الزُّهْرِيِّ قَالَ قَرَأْتُ فِي صَحِيْفَةٍ عِنْدَ أَبِيْ بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " وَلَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ " وَهَذِهِ وِجَادَةٌ جَيِّدَةٌ قَدْ قَرَأَهَا الزُّهْرِيُّ وَغَيْرُهُ وَمِثْلُ هَذَا يَنْبَغِي الْأَخْذُ بِهِ وَقَدْ أَسْنَدَهُ الدَّارَقُطْنِيّ عَنْ عَمْرو بْن حَزْم وَعَبْد اللَّه بْن عُمَر وَعُثْمَان بْن أَبِي الْعَاصِ وَفِي إِسْنَادِ كُلٍّ مِنْهَما نَظَرٌ واللهُ أَعْلَمُ
"Ulama lain mengatakan:
LAA YAMASSUHUU ILLAL MUTHAHHARUUN
Maksudnya (Orang-orang yang suci) dari janabah dan dari hadats. Mereka berkata bahwa yang dikehendaki al Quran disini adalah al Mushaf sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi melarang membawa Al Qur'an ke negeri musuh, karena beliau khawatir apabila nantinya akan diambil musuh.
Mereka berhujjah dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa` dari ‘Abdullah ibn Abi Bakr ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, bahwasanya didalam kitab (surat) yang ditulis Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Amr ibn Hazm:
“Tidak boleh menyentuh al Quran kecuali orang yang suci.”
Dan Abu Dawud meriwayatkan dalam al Maraasil dari haditsnya az Zuhri, berkata: “Aku membaca di dalam Shahifah (lembaran) disisi Abu Bakr ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: WA LAA YAMASSU AL QUR`AANA ILLAA THAAHIRUN.
(Dan tidak boleh menyentuh al Quran kecuali orang yang suci)
Ini adalah penemuan tertulis yang bagus, yang telah dibacakan oleh Az Zuhri dan yang lainnya. Seperti inilah yang seyogyanya diambil (Diamalkan).
Imam Daraquthni mengambil sanad hadits tersebut dari 'Amr bin Hazm, dan Abdullah bin Umar, dan Utsman bin Abi al-'Ash. Setiap jalur sanad dari Abu Dawud dan Daraquthni ini perlu ditinjau ulang." (Tafsir Ibnu Katsir, 7/545)

Sumber Kitab:
Tafsir Ibnu Katsier juz VII halaman 545, maktabah syamilah

Catatan:
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ada dua versi pada kalimat وَفِي إِسْنَادِ كُلٍّ مِنْهُمَا نَظَرٌ

Pertama,
وَفِي إِسْنَادِ كُلٍّ مِنْهُمَا نَظَرٌ
 Sesuai dengan redaksi:
- Maktabah shamela dalam satu versi
- Maktabah marji'ul akbar

Kedua,وفي إسناد كل منها نظر
Sesuai dengan redaksi:
- Maktabah shamela dalam versi yang lain

Imam Ibnu Abi Syaibah dan Imam Addaara Quthni meriwayatkan:
(Sanad dan matannya Ibnu Abi Syaibah):
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ، عَنِ الأَعْمَشِ ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ ، عَن عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ ، قَالَ : كُنَّا مَعَ سَلْمَانَ فِي حَاجَةٍ ، فَذَهَبَ فَقَضَي حَاجَتَهُ ثُمَّ رَجَعَ ، فَقُلْنَا لَهُ : تَوَضَّأْ ، يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ لَعَلَّنَا أَنْ نَسْأَلَك عَنْ آيٍ مِنَ الْقُرْآنِ ؟ قَالَ : قَالَ : فَاسْأَلُوا ، فَإِنِّي لاَ أَمَسُّهُ ، إِنَّهُ لاَ يَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ ، قَالَ : فَسَأَلْنَاهُ ، فَقَرَأَ عَلَيْنَا قَبْلَ أَنْ يَتَوَضَّأَ.
"Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari A'masy dari Ibrahim dari Abdurrahman bin Yazid, berkata: kami bersama Salman dalam suatu hajat. Dan beliaupun pergi untuk buang hajat dan beliau kembali. Kamipun berkata kepada beliau,: “Berwudhulah Wahai Abu Abdillah, agar kami bisa bertanya kepadamu tentang ayat-ayat al Qur’an”.
Abdurrahman bin Yazid berkata, beliau (Salman) berkata: “Silakan bertanya akan tetapi aku tidak akan menyentuhnya. “Sesungguhnya tidaklah menyentuhnya melainkan orang-orang yang disucikan”
Kami pun mengajukan beberapa pertanyaan kepada beliau dan beliau membacakan beberapa ayat kepada kami sebelum beliau berwudhu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah)

Sumber Kitab:
- Mushannaf Ibnu Abu Syaibah juz I halaman 103, hadits nomor 1106, maktabah syamilah
- Sunan Addaara Quthni juz I halaman 124, maktabah syamilah

Addaara Quthni berkata:
كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ
Semua rawinya tsiqoh.

DALIL DARI AL HADITS:
- Al Muwaththa:
بَاب الْأَمْرِ بِالْوُضُوءِ لِمَنْ مَسَّ الْقُرْآنَ
Bab Perintah wudhu bagi orang yang menyentuh al Quran
680 - حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَزْمٍ
أَنَّ فِي الْكِتَابِ الَّذِي كَتَبَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
"Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abdullah bin Abu Bakr bin Hazm bahwa di antara isi surat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam yang beliau tulis untuk 'Amru ibn Hazm adalah, bahwasanya:
"Tidak ada yang boleh menyentuh al Quran kecuali yang bersuci."

Sumber Kitab:
Tanwiirul Hawaalik juz I halaman 203-204, cetakan Toha Putera Semarang /
Muwaththa`u Maalik juz II halaman 278, maktabah syamilah

Dalam kitab al Muntaqa, Syarh Muwathta Maalik:
( فَصْلٌ ) وَقَوْلُهُ أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ ظَاهِرٌ فِي أَنَّهُ لَا يَجُوزُ أَنْ يَمَسَّ الْقُرْآنَ مُحْدِثٌ وَبِهَذَا قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ وَالشَّافِعِيُّ وَجَمَاعَةُ الْفُقَهَاءِ مِنْ الصَّحَابَةِ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ التَّابِعِينَ
"Fasal
Sabda Nabi, yaitu:
Tidak boleh menyentuh al Quran kecuali orang yang suci” adalah zahir bahwasanya orang yang berhadats tidak boleh menyentuh al Quran. Dengan pendapat ini berkata Abu Hanifah, Asy Syafi’i dan sejumlah Fuqaha dari shahabat dan yang lainnya dari tabi’in." (al-Muntaqa, 1/475)

Sumber kitab:
al Muntaqa, Syarh Muwathta Maalik juz I halaman 475, maktabah syamilah

Dalam Kitab Sunan Ad Daaraquthni:
بَابٌ فِيْ نَهْيِ الْمُحْدِثِ عَنْ مَسِّ الْقُرْآنِ
Bab larangan orang berhadats menyentuh al Quran
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُخَلَّدٍ نَا الْحَسَنُ بْنُ أَبِي الرَّبِيْعِ نَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ بَكْرٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ : كَانَ فِيْ كِتَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَلَّا
تَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا عَلَى طُهْرٍ مُرْسَلٌ وَرُوَاتُهُ ثِقَاتٌ
Tak semudah kata Qur,an dan kata Hadits dalam menjawab pertanyaan agama.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Mukhallid, telah menceritakan kepada kami Hasan bin Abi ar-Rabi', telah menceritakan kepada kami Abdur Razaq, telah mengkhabarkan kepada kami Ma'mar, dari Abdullah bin Abu Bakar, dari bapaknya, berkata:
Adalah terdapat di dalam surat Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada ‘Amr ibn Hazm:
“Engkau tidak boleh menyentuh al Quran kecuali dalam keadaan suci.”
(Hadits) Mursal, semua rawinya tsiqoh. (HR. Daraquthni)

Sumber Kitab:
Sunan Addaara Quthni juz I halaman 121

Dalam Shahih Ibn Hibban:
وَلَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
"Jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci." (HR. Ibnu Hibban)

Sumber Kitab:
Shahih Ibnu Hibbaan juz 14 halaman 501, hadits nomor 6559, maktabah syamilah

Dalam Kitab al Mustadrak:
وَلَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
"Jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci." (HR. Hakim)

هَذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ
ini Hadits Shahih

Sumber Kitab:
Al Mustadrak juz III halaman 479, hadits nomor 1399, maktabah syamilah

Dalam kitab Sunan Kubra lil Baihaqi
5- باب الْحَائِضِ لاَ تَمَسُّ الْمُصْحَفَ وَلاَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ.
Bab Wanita Haid tidak boleh menyentuh al Quran
1534- أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ عُمَرَ بْنِ قَتَادَةَ أَخْبَرَنَا أَبُو عَمْرُو بْنُ مَطَرٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ الصُّوفِىُّ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ حَدَّثَنِى الزُّهْرِىُّ عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَتَبَ إِلَى أَهْلِ الْيَمَنِ بِكِتَابٍ فِيهِ الْفَرَائِضُ وَالسُّنَنُ وَالدِّيَاتُ ، وَبَعَثَ بِهِ مَعَ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ وَفِيهِ قَالَ :« وَلاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرٌ ». أَرْسَلَهُ غَيْرُهُ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Telah mengkhabarkan kepada kami Umar bin Abdul Aziz bin Umar bin Qatadah, telah mengkhabarkan kepada kami Abu 'Amr bin Mathar, telah menceritakan kepada kami Ahmad bin al-Hasan bin Abdul Jabar ash-Shufi, telah menceritakan kepada kami Hakam bin Musa, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hamzah, dari Sulaiman bin Dawud, telah menceritakan kepadaku Zuhri dari Abu Bakr ibn Muhammad ibn ‘Amr ibn Hazm, dari bapaknya, dari kakeknya:
“Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menulis kepada penduduk Yaman dengan surat yang didalamnya ada fardhu, sunnah dan diyat. Beliau mengutus dengan membawa surat bersaqma ‘Amr ibn Hazm.
Rawi menuturkan hadits, dan didalamnya, beliau bersabda: “Dan jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci." Rawi lainnya meriwayatkannya dalam bentuk hadits mursal. (HR. Baihaqi)

Sumber Kitab:
As Sunan al Kubra lil Baihaqi juz I halaman 344, hadits nomor 1354

Dalam Kitab al Muwaththa:
128 - و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّهُ قَالَ
كُنْتُ أُمْسِكُ الْمُصْحَفَ عَلَى سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ فَاحْتَكَكْتُ فَقَالَ سَعْدٌ لَعَلَّكَ مَسِسْتَ ذَكَرَكَ قَالَ فَقُلْتُ نَعَمْ فَقَالَ قُمْ فَتَوَضَّأْ فَقُمْتُ فَتَوَضَّأْتُ ثُمَّ رَجَعْتُ
"Telah menceritakan kepadaku dari Malik, dari Ismail bin Muhammad bin Sa'ad bin Abi Waqash, dari Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash, bahwasanya dia berkata: “Aku memegang mushfah di hadapan Sa’ad bin Abi Waqqash lalu aku menggaruk-garuk kemaluanku”.
Beliau lantas berkata, “Engkau menyentuh kemaluanmu?”. “Benar”, jawabku. Beliau berkata, “Berdirilah lalu berwudhulah”. Aku lantas bangkit berdiri dan berwudhu lalu aku kembali.”

Sumber Kitab:
Tanwiirul hawaalik juz I halaman 64, cetakan Toha Putera Semarang /
Muwaththa Maalik juz II halaman 58, hadits nomor 128, maktabah syamilah

DERAJAT HADITS:
لَا يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ

- Dalam Kitab Majma’uzzawaa`id:
(بَابٌ فِي مَسِّ الْقُرْآنِ)
Bab Menyentuh al Quran
1512 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ ".
"Dari ‘Abdullah ibn ‘Umar, sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jangan menyentuh al Quran kecuali orang yang suci.”

رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ وَالصَّغِيرِ، وَرِجَالُهُ مُوَثَّقُونَ
HR. Ath Thabarani didalam (al Mu’jam) al Kabir dan ash Shaghir.
Rawi-rawinya tsiqoh semua (Majma Az-Zawaid, 1/276)

Sumber Kitab:
Majma’uzzawaa`id lil Hafizh al Haitsami juz I halaman 276, maktabah syamilah

Dalam Kitab At Talkhiish al Habir:
حَدِيثُ أَنَّهُ صلى اللَّهُ عليه وسلم قال لِحَكِيمِ بن حِزَامٍ لَا يَمَسُّ الْمُصْحَفَ إلَّا طَاهِرٌ الدَّارَقُطْنِيُّ وَالْحَاكِمُ في الْمَعْرِفَةِ من مُسْتَدْرَكِهِ وَالْبَيْهَقِيُّ في الْخِلَافِيَّاتِ وَالطَّبَرَانِيُّ من حديث حَكِيمٍ قال لَمَّا بَعَثَنِي رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم إلَى الْيَمَنِ قال لَا تَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا وَأَنْتَ طَاهِرٌ وفي إسْنَادِهِ سُوَيْدٌ أبو حَاتِمٍ وهو ضَعِيفٌ وَذَكَرَ الطَّبَرَانِيُّ في الْأَوْسَطِ أَنَّهُ تَفَرَّدَ بِهِ وَحَسَّنَ الْحَازِمِيُّ إسْنَادَهُ
"Hadits bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Hakim ibn Hizam “Jangan menyentuh al Mushaf kecuali orang yang suci”
HR. Addaara Quthyni, al Hakim dalam al Ma’rifah dari Mustadraknya, al Baihaqi dalam al Khilaafiyyaat, dan ath Thabaranai, dari haditsnya hakiim, berkata: “ Ketika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengutusku ke Yaman, beliau bersabda: “Jangan engkau menyentuh al Quran kecuali engkau orang yang suci.”
Didalam isnadnya ada Suwaid Abu Hatim, dia dha’if. Ath Thabarani menuturkan bahwa dia (Suwaid) menyendiri. Dengan hadits tersebut.
Al Hazimi menghasankan isnad hadits tersebut." (At-Talkhis al-Habir, 1/131)

Sumber Kitab:
At Talkhiis al Habiir lil Hafizh Ibn Hajar juz I halaman 131, maktabah syamilah

DARI KITAB FIQH
Dalam kitab al Majmu’, Syarh al Muhadzdzab:
فِيْ مَذَاهِبِ الْعُلَمَاءِ فِيْ مَسِّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلِهِ
مَذْهَبُنَا تَحْرِيْمُهُمَا وِبِه قَاَل أَبُوْ حَنِيْفَةَ وَمَاِلٌك وَأَحْمَدُ وَجُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءِ
"Didalam Madzhab Ulama tentang menyentuh dan membawa Mushaf
Madzhab kami keduanya haram, dan dengan pendapat ini berkata Abu Hanifah, Malik, Ahmad dan jumhur ulama." (Al-Majmu', 2/72)

Sumber Kitab:
Dalam kitab al Majmu’, Syarh al Muhadzdzab juz II halaman 72, maktabah syamilah

Dalam Kitab al Haawi Lil Maawardi:
مَسْأَلَةٌ : وُجُوبُ الطَّهَارَةِ لِحَمْلِ الْمُصْحَفِ وَمَسِّهِ
"Masalah:
Wajibnya bersuci untuk mebawa dan menyentuh Mushaf
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : وَلَا يَحْمِلُ الْمُصْحَفَ وَلَا يَمَسُّهُ إِلَّا طَاهِرً
Imam Syafi’i radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Jangan membawa dan menyentuh al Mushaf kecuali orang yang suci.” (Al-Hawi lil Marwadi, 1/143)

Sumber Kitab:
Al Haawi lil Mawardi juz I halaman 143, maktabah syamilah

Dalam Kitab Majmuu’ul Fatawa:
وَسُئِلَ :
هَلْ يَجُوزُ مَسُّ الْمُصْحَفِ بِغَيْرِ وُضُوءٍ أَمْ لَا ؟ .
فَأَجَابَ :
مَذْهَبُ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ أَنَّهُ لَا يَمَسُّ الْمُصْحَفَ إلَّا طَاهِرٌ كَمَا قَالَ فِي الْكِتَابِ الَّذِي كَتَبَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِعَمْرِو بْنِ حَزْمٍ : { أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا طَاهِرٌ } . قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَد : لَا شَكَّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَهُ لَهُ وَهُوَ أَيْضًا قَوْلُ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَغَيْرِهِمَا . وَلَا يُعْلَمُ لَهُمَا مَنْ الصَّحَابَةِ مُخَالِفٌ .
"Ibnu Taimiyyah ditanya: "Apakah boleh menyentuh Mushaf tanpa wudhu ?"
Beliau menjawab:
“Pendapat imam mazhab yang empat, mushaf al Qur’an tidak boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci sebagaimana dalam surat yang dikirimkan oleh Rasulullah kepada ‘Amr bin Hazm,
أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إلَّا طَاهِرٌ
“Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang yang suci”.
Imam Ahmad mengatakan, “Tidaklah diragukan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menuliskan surat tersebut kepada ‘Amr bin Hazm.”
Dan ini juga pendapat Salman al Farisi, Abdullah bin Umar dan yang lainnya. Tidak diketahui adanya sahabat lain yang menyelisihi pendapat dua sahabat ini”. (Majmu' Al-Fatawa li Ibni Taimiyah, 21/266)

Sumber Kitab:
Kitab:Majmu’ul Fatawa juz 21 halaman 266

==============
Bolehkah membawa al Qur`an saat bepergian terus dimasukkan kedalam tas saat membawanya?

Jawaban:
Boleh bila niatnya semata-semata membawa TAS.
Bila niatnya membawa alquran yang di dalamnya atau membawa TAS dan alqurannya maka haram..
وَإِذَا كَانَ الْمُصْحَفُ مَوْضُوْعًا فِيْ أَمْتِعَةِ الْمَنْزِلِ . فِيْ صُنْدُوْقٍ أَوْ
مَلَابِسَ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ فَإِنَّهُ لَا يَحِلُّ حَمْلُ هَذِهِ الْأَمْتِعَةِ بِدُوْنِ وُضُوْءٍ إِلَّا إِذَا
كَانَتْ هِيَ مَقْصُوْدَةً بِالْحَمْلِ وَحْدَهَا فَإِذَا قُصِدَ حَمْلُ الْمُصْحَفِ مَعَهَا أَوْ
قُصِدَ حَمْلُهُ وَحْدَهُ حَرُمَ ذَلِكَ بِدُوْنِ وُضُوْءٍ
"Bila Mushaf diletakkan pada sebuah peralatan-peralatan rumah dalam kotak atau pakaian atau lainnya maka tidak boleh membawa peralatan ini tanpa wudhu kecuali bila peralatannya yang menjadi tujuannya dalam membawanya, bila tujuannya membawa alquran yang ada didalamnya atau bertujuan membawa quran dan peralatannya maka haram membawanya tanpa wudhu." (Al-Fiqhu 'ala Madzahib al-Arba'ah, 1/48)

Sumber Kitab:
Al Fiqhu ‘Alal Madzaahibil Arba’ah juz I halaman 48, maktabah syamilah

فَائِدَةٌ : يَجُوْزُ حَمْلُ الْمُصْحَفِ مَعَ الْمَتَاعِ وَإِنْ صَغُرَ جِدًّا ، قَالَ ب ر : وَلَوْ خَيْطَ إِبْرَةٍ لَكِنْ بِقَصْدِ الْمَتَاعِ فَقَطْ ، وَكَذَا مَعَ الْإِطْلَاقِ خِلَافاً لِلتُّحْفَةِ ، بَلْ أَوْ بِقَصْدِهِمَا عِنْدَ (م ر) اهـ كُرْدِيْ
"Faidah: Diperbolehkan membawa mushaf besertaan di dalam kotak meskipun berukuran sangat sempit. Imam al-Barmawi berkata: Meskipun berupa tidak lebih dari barang hasil jahitan jarum tapi dengan kondisi hanya dikehendaki membawa kotak tersebut, begitu juga bila tanpa tujuan apapun, berlainan dengan pendapat dalam kitab Tuhfah, bahkan boleh ketika dikehendaki membawa keduanya (mushaf dan kotaknya) menurut pendapat Imam Ramli. Selesai fatwa Sulaiman al-Kurdi." (Bughyah al-Mustarsyidin: 26)

Sumber Kitab:
Bughyatul Mustarsyidin halaman 26, cetakan al ‘Alawiyyah Semarang / halaman 52, maktabah syamilah

Wallaahu A’lamu bishshawaab.

*Piss-KTB

Thanks for reading Wanita Haid Memegang AlQuran | Tags:

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »

Related Posts

Show comments
Hide comments

0 komentar on Wanita Haid Memegang AlQuran

Posting Komentar